MAHASISWA BIDIKMISI SUKSES
PENDULANG JUTAAN RUPIAH PER HARI
Oleh Gea Anggun Pratiwi, Dkk (Mahasiswa UNPAD)
Tak memiliki modal bukan alasan seseorang untuk tidak dapat
berwirausaha. Hal ini dibuktikan dengan kesuksesan yang diraih oleh seorang
pengusaha muda, dengan statusnya sebagai seorang mahasiswa bidik misi tidak
membuatnya menyerah untuk berwirausaha. Berawal dari seorang reseller, hingga
kini menjadi seorang CEO perusahaan di Perusahaan Miun Sinergi Nusantara dengan
Brand utamanya "LUMPIA BASAH SEAFOOD MAS MIUN".
Menginjak masa SMA, ia berjualan alat-alat
tulis seperi buku, pensil, pulpen, penggaris, dsb. Berjualan sepertinya sudah
menjadi hobi dan kesenangan tersendiri baginya, ia tidak pernah merasa malu
ataupun gengsi untuk menjual barang-barang kepada teman-temannya. Saat kuliah, ia melihat
bahwa menjual alat tulis tidak akan mendongkrak kehidupannya, karena alat tulis
itu bersifat musiman, orang tidak akan setiap saat membeli alat tulis, lagi
pula sudah banyak yang menjual ATK di sekitar UNPAD. Lalu tercetuslah ide bahwa
menjual makanan akan lebih banyak dibeli, karena dalam satu hari, manusia makan
selama 3 kali dan belum dikalikan dengan banyaknya penduduk. Sehingga munculah
ide untuk berjualan gorengan di kelasnya. Setiap hari, Nanda bangun pukul 4.30
WIB dan bergegas mengambil gorengan dari orang lain. Banyak tentangan dan
cibiran yang ia dapatkan dari banyak orang. Tetapi hal itu membuat Nanda
senang, karena itu berarti banyak orang yang memperhatikannya.
Dengan kelihaiannya dalam berjualan, perlahan-lahan orang pun mulai mengetahui
gorengan lezat yang
dijual Nanda, sehingga banyak orang yang membeli dagangannya. Hasil
dari penjualan gorengan, ia mendapat penghasilan per bulan mencapai 600 ribu rupiah tanpa modal sepeser
pun. Karena dirasa cukup, ia pun berhenti setelah mendapatkan 2-3 juta dalam 1
tahunnya.
Organisasi kuliah pun Nanda ikuti, bahkan sampai 3 jenis
organisasi dijalani. Otomatis, ia harus ekstra dalam membagi waktu. Penghasilan
dari penjualan gorengan dijadikan modal untuk usaha penjualan baju sisa ekspor
di pasar unpad setiap minggunya. Penghasilan yang didapat cukup lumayan,
tetapi usaha tersebut berujung kurang baik dengan temannya, sehingga Nanda memutuskan
untuk keluar
dari pekerjaan tersebut.
Perjalanan menjadi seorang pengusaha tidak berhenti sampai
disana. Keinginannya
yang kuat
menjadi landasan untuk menjadi seorang entrepreneur. Nanda mempunyai target
hidup, jika ia menginjak tingkat 3, ia ingin mendapatkan penghasilan sebesar 50 juta. Rupanya
Nanda terinspirasi
oleh film “The Billioner” tentang kisah seseorang perintis usaha yang menjadi pengusaha
rumput laut “Tao Kae Noi”.
Nanda pun sempat menjadi pekerja panggilan, artinya jika ada temannya
yang menginginkan jajanan apapun di Jatinangor, ia bersedia untuk membelikan
jajanan tersebut dan mengantarkannya ke kediaman temannya (delivery)
dengan menggunakan sepeda. Usaha itu pun tidak berlangsung lama karena terlalu
menguras tenaga untuk bersepeda dari satu tempat ke tempat lain, terlebih lagi
jika tempatnya jauh. Seringkali makanan yang telah dipesan itu rusak di tengah
jalan karena terombang-ambing saat di sepeda. Nanda pun mencari ide lain agar
target hidupnya di tingkat 3 untuk mendapat penghasilan 50 juta perbulan itu
tercapai. Setiap membeli jajanan, Nanda selalu menanyakan bahan dan cara
pembuatan jajanan tersebut, terutama kepada penjual lumpia basah, karena saat
itu lumpia basah sedang ngetren, tidak hanya di kalangan anak muda,
bahkan orang dewasa pun menggemari jajanan ini. Sesampainya di kostan, ia
mencoba memasak sendiri resep yang di dapat dari hasil bertanya
kepada setiap penjual dan searching di internet apa yang menjadi SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Threat) penjualan berbagai lumpia basah. Akhirnya Nanda
dapat menciptakan
resep baru dan mendapatkan hak paten atas lumpia basah miliknya itu dengan
bantuan Bapak Suseno Amien, wakil pematenan di Unpad.
Di samping itu, program PKM, dengan jenis PKM-K pun Nanda ikuti
bersama teman-temannya. Tahun petama gagal, tahun kedua gagal, dan tahun
ketiga, pada tahun 2012 ternyata lolos dan mendapatkan 9 juta untuk menjalankan
proyek tersebut. Sisa dari PKM tersebut, ia gunakan untuk modal mendirikan
usaha lumpia basah, 27 Mei 2013. Nama brandnya adalah “Lumpia Basah Mas Miun”. Outlet
pertamanya terletak di Jalan Raya Jatinangor No. 148 Sumedang. Karena statusnya masih sebagai
seorang mahasiswa yang harus menyelesaikan kuliahnya, maka Nanda mempergunakan
pekerja untuk mengurus usahanya. Ia tidak sembarangan mencari pekerja, tentunya
dengan dilakukan wawancara dan training karena ia ingin pekerja yang professional.
Nanda yakin bahwa usahanya akan terus berkembang, dengan adanya inovasi dan
keunikan yang berbeda dari produk yang lain yaitu dengan resep Lumpia seafood yang
tentunya memiliki nilai gizi yang tinggi. Harganya pun masih bisa terjangkau
oleh mahasiswa. Kini sudah mencapai 6 gerobak Lumpia Basah miliknya dan itu
akan terus bertambah.
Setelah usaha lumpia basahnya sukses, Nanda membuka kantin di FTIP
(Fakultas Teknologi Industri Pertanian) dengan masakan utama yaitu masakan
Padang. Karena kantin miliknya itu merupakan kantin satu-satunya di UNPAD yang
mempunyai menu masakan Padang, maka kantin tersebut selalu ramai pengunjung.
Bahkan dalam sehari bisa mendapatkan 1 juta rupiah dari usaha kantinnya. Selain
itu, Rizky Ananda telah menghasilkan produk Uda Miun CHIPS, Warung Kemasan UKM
dan mendirikan sebuah rumah makan Padang “Minang Indah” di daerah Jatinangor
karena mengingat dirinya berasal dari Padang. Salah satu menu unggul dari rumah
makan tersebut yaitu rendang ayamnya yang tak ada di tempat lain. Kini, Nanda
pun mengajak orang tuanya ke Jatinangor untuk membantunya dalam hal
masak-memasak dan manajemen usaha. Akan tetapi dalam hal marketing, akuntansi,
dan advertising masih ia kelola sendiri. Setelah
dihitung-hitung, ternyata dari semua usahanya, dalam sehari bisa mencapai lebih
dari 4 juta, atau ratusan juta per bulan, Padahal target awalnya 50 juta.
Memang, Nanda ini memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk
menjalani keinginannya. Ia memiliki catatan-catatan yang berisi target
hidup/proposal hidup. Catatan-catatan itu sangat detail, dan ia menekuninya
satu per satu. Di kamusnya, tak ada pantang menyerah. Terbukti, di umur 22
tahun ini, ia sudah memiliki 6 gerai lumpia basah “Mas Miun”, 1 rumah makan
padang dan berbagai produk lain serta di kampusnya terpilih sebagai finalis
Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) dan bahkan menjadi asisten dosen semenjak
tingkat 2.
Selain itu, saat ini Nanda aktif sebagai Motivator Muda dan
menjadi pembicara mengenai kewirausahaan baik didalam kampus maupun diluar kampus.
Ia membuktikan ke semua orang, bahwa seorang penjual gorengan bisa menjadi
seorang pengusaha sukses, seorang motivator dan tetap tidak meninggalkan tugas
utamanya sebagai mahasiswa. Bahkan, Nanda bisa menciptakan lapangan kerja untuk
orang lain. Nanda menjadikan usahanya itu sebagai hobi sehingga nyaman jika
dilakukan.
Subhanallah. thanks for inspiration..
BalasHapus